Berawal dari perjalanan pulang dari sebuah tempat dikota bekasi , menaiki motor butut ditengah macetnya jalanan saat itu . Disela-sela perjalanan , tanpa sengaja melihat sebuah pamlet dipinggiran jalan yang bertuliskan cara cepat belajar bahasa inggris. Tiba-tiba inspirasi itu datang disaat fikiran sumpek karena melihat pemandangan kemacetan disepanjang jalan.
Inspirasi untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bahasa arab. Sesampainya dirumah otak terus berputar memikirkan cara merealisasikan inspirasi yang muncul saat diperjalanan tadi . Tidak berapa lama kemudian, tangan ini terasa gatal untuk merumuzkan ide yang barusan muncul. Coretan demi coretanpun memenuhi lembaran kertas, namun ide itupun belum bisa dirumuzkan.
Keesokan harinya, tepatnya ba’da ashar , tiba-tiba saja ide itu selalu terngiang dalam fikiran. Hari berganti hari seakan-akan ide itu tidak bisa menghilang bahkan ia selalu merasuki fikiran. Kucoba tuk menceritakannya kepada seseorang dan alhamdulillah ada respon baik darinya. Tepat habis shalat magrib kamipun berkumpul untuk menguraikan dan merumuzkan ide yang didapatkan.
Usulan demi usulanpun muncul, obrolan kami mengalir begitu saja. Tanpa disadari terucap kata-kata Taisirul Qur’an . Lalu ucapan itupun menjadi titik fokus kami, mulailah kami berfikir bagaimana langkah berikutnya. Logopun dibuat dengan begitu mudah, brosurpun mulai didesign sesederhana mungkin dengan bermodalkan ilmu design yang bisa dikatakan masih dalam tahap pemula, dengan bermodalkan semangat yang begitu membara akhirnya brosurpun jadi.
Sempat berfikir saat itu untuk mencetak brosur dipercetakan, namun melihat pendanaan yang sangat minim , dengan terpaksa brosur itupun harus merasakan indahnya warna hitam putih ( fotocopy). Jelang beberapa saat kemudian, kami keliling ke masjid-masjid dan sekolah-sekolah untuk menempelkan brosur tersebut, diantara sebagian yang kami kunjungi ada yang berhati mulia dengan mengizinkan kami untuk menempelkan brosur kami dimadingnya / dipapan informasi, tapi banyak juga diantara mereka yang sinis kepada kami. Salah satu diantara kami pun mulai menyusul sebuah panduan berbentuk modul yang tipis.
Keesokan harinya kami mendapatkan panggilan via telpon, kami terkejut, brosur yang kami sebarkan tidak sia-sia ternyata ada yang tertarik dengannya. Diangkatan pertama kami mendapatkan murid hanya 10 orang , 7 diantaranya bapak-bapak dan 3 orang ibu-ibu. Jelang beberapa bulan kemudian ternyata murid kami gugur satu persatu.
Setahun kemudian kami mendapatkan tawaran mengajar di sebuah perusahaan, mulailah kami mengadakan perubahan pada metode yang kami gunakan, mengevaluasi metode dan kinerja kami. Biidznillah ta’ala bermodalkan lidah yang sering keceplosan mengucapkan kata-kata RUMUZnya, akhirnya ucapan itulah yang akhirnya menjadi metode kami dalam mengajar. Saat itu kami berada dipenghujung tahun 2012.
Kami selalu mencari inovasi dan terobosan baru untuk mengembangkan apa yang selama ini dipercayakan kepada kami. Berbagai cara kami tempuh untuk mendapatkan hasil terbaik. Dipenghujung tahun 2012 muncul sebuah gagasan untuk merumuzkan metode ini dalam sebuah tulisan.
Bermodalkan sedikit hobi menulis, kamipun mulai merangkai kata demi kata. Namun ternyata gagasan itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Disebabkan adanya duri dari luar dan dari dalam . Akhirnya gagasan itupun mengendap selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
Tapi anehnya diawal tahun 2016, tiba-tiba ide itu muncul kembali, kamipun bangkit kembali, tiada hari tanpa menulis. Hingga tiba saatnya buku itu selesai , kemudian ada keinginan untuk mencetaknya supaya bisa dikenal dunia luar. Edisi perdanapun kami cetak mandiri disebuah percetakan yang harganya relatif lebih mahal. Sempat diri ini galau dikarenakan mahalnya harga cetak buku ditambah kekhawatiran akan tidak lakupun muncul.
Singkat cerita setelah buku selesai dicetak, qoddarollah bukunya langsung ludes, bahkan sampai diorder ke negerinya jack chan, tidak berhenti sampai disitu kamipun iseng-iseng mengiklankan buku kami di medsos, dan diluar dugaan kami ternyata buku yang kami iklankan ,ada penerbit yang meliriknya. Dan alhamdulillah akhirnya si “RUMUZ” pun bisa diterima oleh masyarakat luas